Kamis, 25 November 2010

UPAYA PENINGKATAN FUNGSI TRADISIONAL PESANTREN



A.    Pendahuluan
Dalam proses belajar mengajarnya pondok pesantren Darut Tauhid ini, mengabungkan dua kurikulum sekaligus. Yaitu kurikulum yang dicanagkan oleh Departemen Agama yang meliputi tingkat Tsanawiyah Umum dan tingkat Aliyah Umum. Serta kurikulum pesantren yang meliputi tingkat Ibtidaiyyah Diniyah, tingkat Tsanawiyah Diniyah, dan tingkat Aliyah Diniyah.
Inilah yang melatar belakangi penulis untuk meneliti lebih lanjut, apakah dengan penggabungan kurikulum tersebut mengurangi nilai-nilai atau fungsi tradisional pesantren yang ada di dalamnya, atau justru menjadikan santrinya lebih unggul dalam berbagai hal, dan bagaimanakah pondok pesantren Darut Tauhid  dalam pelaksanaanya, mengabungkan dua kurikulum tersebut?
Rabu, 03 November 2010

PERAN GURU DALAM PROSES PENDIDIKAN



Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :
  1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;
  2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
  3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;
  4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
  5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

STRUKTUR SOSIAL DI PESANTREN



Di kalangan masyarakat santri, figur kiai, secara umum kerap dipersepsikan sebagai pribadi yang baik dan merupakan cerminan tradisi keilmuan dan kepemimpinan, ‘alim, menguasai ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan mengedepankan penampilan perilaku berbudi yang patut diteladani. Semakin tinggi tingkat kealiman dan rasa tawadlu’ kiai akan semakin tinggi pula derajat penghormatan yang diberikan santri dan masyarakat.
Sebaliknya, derajat penghormatan umat kepada kiai akan berkurang seiring dengan minimnya penguasaan ilmu dan rendahnya rasa tawadlu’ pada dirinya, sehingga tampak tak berwibawa lagi dihadapan umatnya atau masyarakat dan juga santrinya.Konsepsi kewibawaan ini telah mendifinisikan fungsinya menjadi etika normatif dunia pesantren, yang oleh budayawan Mohamad Sobari disebut sebagai tipe kewibawaan tradisional.

Visitor Location

About Me

Silvia Nur Dhania
Terima kasih teman-teman telah berkunjung ke Blog saya.. Semoga bermanfaat bagi teman-teman dan begitupun dengan saya.. jng lupa comment ya.. ^_^
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Copyrigh @ 2010 Silvia Nurdhania. Diberdayakan oleh Blogger.